DITIKAM
CINTA
Kita hidup dililit
dengan berbagai interaksi
Yang selalu
disikapi dengan berbagai sangka
Namun siapa yang
tahu bila gesek-gesek interaksi
Ternyata
menimbulkan sebuah percikkan api cinta?
Alangkah
membingungkan berbahasa dengan caranya
Si cinta itu, entah
aku terlalu baik padanya
Membuat aku tidak
jujur pada diriku sendiri
Atau menginsyafi,
bahwa memang aku tak seindah yang aku pikirkan
Inilah bedanya
cinta dan nafsu, kau tahu itu
Dia percaya, karena
dia kita kenal
Sebagai sesama
kawan dan sahabat, tentu saja biasa
Sementara kita
dipercaya, justru karena kita berbicara tak kenal cinta
Yang ada hanya kata
terurai yang sulit ditafsirkan maknanya
Terlalu kecilkah
aku bila mengasingkan diri, atau memang benar matang?
Memilih sikap
dewasa kadang menjebak diriku pada kekanak-kanakan
Dari sinilah raga
dan jiwa setiap kita berontak, mempersulit yang mudah
Kau, perlahan
mendekati diriku, menerima kata-kataku
Aku terfana, entah
karena dilematis cinta yang kurasa atau dramatologi semata
Yang aku bingung
adalah perasaan
Yang dalam diam
menyindir, dalam ramai mencibir
Pernah aku
mengadukan nasib ini kepada Allah
Entah karena
kotornya aku sehingga jawaban Allah tak dapat kubedakan
Dimana Firman
Allah? Dimana bujukan syaithan?
Entah, sungguh aku
tidak tahu
Kita semua sering
ditikam bagaimana dahsyatnya belati cinta
Pernah dilemparkan
badai, luluhlantak dalam nyanyaian tikaman
Dan hatipun
membisik, menjeritlah selagi kau bisa
Lalu berteriak,
menangislah jika itu dianggap penyelesaian
Biruku cintaku, hitamku
hatiku
Jika cinta membuat
diri tidak tenang
Pantaskah ia
disebut cinta?
Jika cinta
membahagiakan, yang aku tahu hari-hari adalah cinta
Terkapar cinta di
sudut pelabuhan yang malas menyambut kapal mimpi
Perihnya hati
ditikam cinta
puisi ini kubuat ketika banyak orang menyuruh aku cepat-cepat menikah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar