Senin, 26 Maret 2012

Menerobos Gerbang Ilmu Darussunnah International Institute for Hadith Sciences (Tutorial Untuk Calon Mahasantri Baru)



Anda pernah mendengar nama Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciencess? Atau pernah mendengar nama Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus Sunnah? Atau mungkin nama seorang tokoh Prof. DR. KH. Ali Musthafa Ya`qub, MA? Kalau Anda ingin tahu apa yang saya tulis di atas, silahakan lanjutkan membacanya. Siapa tahu bermanfaat untuk anda atau kolega-kolega terdekat!

Darus-Sunnah International Institue for Hadits Sciences adalah nama sebuah Institute lembaga pendidikan yang menitikberatkan konsentrasi pada kajian-kajian seputar Hadis dan Ilmu Hadis. Diasuh oleh seorang Kyai sepuh yang juga sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof. DR. K.H. Ali Musthafa Ya`qub, Ulama Hadis yang dimiliki bangsa Indonesia.


Kalau boleh sedikit berkaca pada realita zaman sekarang ini, studi Hadis di Indonesia masih terlihat jarang, bahkan kalau boleh dibilang langka. Inilah yang menjadi sebab terciptanya persoalan-persoalan baru tentang penggunaaan Hadis-hadis palsu atau ada segelintir oknum yang mengklaim hal-hal yang bukan Hadis sebagai Hadis. Di Indonesia, tampaknya sulit menemukan orang yang disebut sebagai Muhaddis dalam arti terminologis.


Keadaan ini tentu saja tidak dapat dibiarkan berlarut-larut begitu saja. Karena, bagaimanapun juga, Hadis adalah sumber otoritas kedua dalam agama Islam sesudah al-Quran. Sehingga, setiap muslim sudah semestinya mengetahui dan memahami Hadis secara benar dan tepat sebagaimana kemestian dalam mengetahui al-Quran. Kalau dibandingkan antara al-Quran dan Hadis, kebutuhan al-Quran terhadap Hadis itu jauh lebih besar ketimbang sebaliknya.


Karena itulah, untuk menghadapi persoalan seperti ini, sekaligus untuk menunjang kebutuhan umat, pada tahun 1418 H/1997 M, didirikan Pesantren khusus yang awalnya bernama Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus-Sunnah. Pada tahun 2011, atas izin Allah, Darus-Sunnah telah memiliki cabang di Malaysia dengan tetap berkapabilitas di bawah kepengasuhan Prof. DR. K.H. Ali Musthafa Ya`qub.  Wal hasil, Darssunnah sekarang memiliki nama lengkap Darus-Sunnah International Institue for Hadith Sciences.
Hal Kecil Dengan Semangat Besar!



kesederhanaan artinya kebersamaan!


Pesantren Darus-Sunnah ini bermula dari pengajian yang hanya diikuti oleh tiga orang mahasiswa di ruang tamu rumah khadim ma`had KH. Ali Musthafa Ya`qub, MA. Ketiga orang itu ialah Ust. Ali Nurdin (Sekarang menjabat sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin di PTIQ Jakarta), Saifuddin (kini menjadi Pengulu di Brebes Jawa Tengah) dan Khairul Mannan (kini mengajar di Brunei Darussalam). Kegiatan ini berlangsung sejak tahun 1996.

Melihat semangat dan antusias belajar mereka yang begitu membara, Prof. DR. K.H. Ali Mustafa Ya`qub, MA pun merasa terharu hingga akhirnya berinisiatif untuk mendirikan pesantren yang selain berfunsi sebagai tempat belajar-mengajar, peserta pengajian juga bisa tinggal di pesantren tersebut (nyantri). Alasannya singkat namun masuk akal, apabila turun hujan atau ada hal-hal lain, para santri tetap dapat menghadiri pengajian, selain itu beliau juga tidak ingin menyia-nyiakan hasrat mahasiswa yang terus-menerus datang mengaji.


Gayung pun bersambut, secara kebetulan di belakang rumah beliau terdapat sebidang tanah yang tidak terlalu luas. Sebagai langkah awal, lokasi tersebut bisa dijadikan bangunan asrama santri. Sekilas memang terlihat sempit. Ada yang menganggap asrama itu mirip seperti kost-an mahasiswa pada umumnya. Meski demikian, orang-orang yang berminat menjadi santri beliau kian membludak.


Suatu ketika, di tengah usaha beliau membangun asrama itu, seorang Kyai dari Kaliwungu Jawa Tengah, KH Dimiyati Rais, berkunjung ke rumah beliau. Kyai Dimyati mengatakan kepada beliau tentang tanah yang ada di sebelah rumah beliau ini, kelak akan menjadi pesantren sekaligus asrama putra. Sementra asrama yang sedang dibangun di belakang rumah adalah khusus untuk santri putri. Tentu saja ucapan Kyai Dimyati yang merupakan doa tersebut diamini oleh beliau, meskipun sebenarnya tanah yang ada di sebelah rumah beliau (tepatnya di depannya) bukan miliknya.


Sikap optimis yang dimiliki oleh figure Prof. DR. KH. Ali Musthafa Ya`qub ini membuat Menteri Agama waktu itu, Bapak Tarmizi Taher, tertarik untuk membantu mewujudkan impian beliau untuk membangun pesantren.


Melihat kepandaian tiga mahasiswa itu, khususnya dalam bidang Hadis, sekelompok mahasiswa mulai berdatangan mengikuti pengajian tersebut, dan menyatakan niatnya untuk mengaji. Bersamaan keinginan itulah mereka pun akhirnya mendapat sambutan hangat, dan pada saat itu juga mereka secara resmi mengikuti pengajian pesantren.


Sampai saat ini, Darus-Sunnah terus berbenah dan mengembangkan sistem pendidikannya menjadi lebih baik. Semakin hari peserta pengjian di Darus-Sunnah semakin bertambah banyak. Di satu sisi hal ini menunjukkan sebuah kemajuan drastis, namun di sisi lain sebaliknya. Sebab, ruang tamu yang selama ini dijadikan sebagai “kelas” tak lagi mampu menampung jumlah santri yang mengaji. Namun hal ini masih bisa diatasi, karena masih ada ruang keluarga yang kapasitasnya lebih besar dibandingkan ruang tamu.


Beberapa tahun berikutnya, peserta pengajian mencapai 20 orang. Ruang keluarga pun ternyata sudah tidak mampu lagi menampung mereka. Mengingat kondisi seperti ini, Pak Kyai khawatir kalau pengajian menjadi tidak kondusif dan tidak efektif. Maka beliau pun berinisiatif untuk memindahkan lokasi pengajian ke Masjid Al-Mujahidin yang kebetulan letaknya tidak jauh dari rumah beliau.


Keputusan mengalihkan lokasi ini dirasa cukup tepat, sebab tak lama kemudian peserta pengajian bertambah lagi menjadi 40 orang. Dan lebih mengesankan lagi, jumlah tersebut bukanlah sekedar kuantitas belaka. Komitmen dan semangat belajar para peserta pengajian pun cukup besar. Hal ini dapat dibuktikan dengan ketika Jakarta dilanda hujan lebat yang nyaris menyebabkan banjir tahun 1997 silam, semua peserta pengajian tetap hadir meski rumah mereka jauh dengan tempat pengajian ini.


Singkat cerita, akhirnya tanah yang ada di samping rumah Pak Kyai dapat dibeli, dan mulailah dibangun asrama dua lantai yang akan dijadikan sebagai tempat tinggal santri. Imbasnya, jumlah mahasantrinya terus meningkat dari waktu ke waktu. Ketika saya resmi tercatat menjadi mahasantri Darus-Sunnah fungsi pengembangan sektor lahan Darus-Sunnah dioptimalkan. Saya sendiri tidak sempat merasakan tinggal sebagai mahasantri di asrama samping rumah beliau. Akhirnya mahasantri putra ditempatkan di lokasi baru yang ada di depan rumah beliau, dengan asrama yang lama difungsikan untuk tempat domisili mahasantri putri.


Sampai saat ini pembangunan sekaligus perluasan asrama terus dilakukan. Sejauh yang kami pantau, Darus-Sunnah IIFHC saat ini sudah sedang mengembangkan pembangunan beberapa rumah di dalam komplek putra yang akan dijadikan sebagai tempat tinggal para guru-guru yang telah berkeluarga dan mengajar di Darus-Sunnah. Beliau punya pandangan begitu pentingnya keberadaan seorang guru. Karena, kata beliau dalam sebuah halaqoh fajriah, keberadaan guru adalah jantung dimana sebuah pendidikan akan hidup. Kalau yang tidak hadir satu atau dua orang mahasantri, kegiatan belajar-mengajar masih tetap berjalan. Akan tetapi bisa menjadi beda kalau yang tidak hadir adalah gurunya, maka kegiatan belajar-mengajar dipastikan bubar. Inilah yang beliau harapkan tidak terjadi di Darus-Sunnah.


Sistem Belajar Darussunnah


Secara keseharian pengalaman saya sebagai mahasantri di Darus-Sunnah, saya bisa jelaskan sistem belajar di Darus-Sunnah sangat memang luar biasa. Karena dalam proses belajar-mengajarnya Darus-Sunnah menggunakan sistem kombinasi antara pesntren dan sistem perkuliahan di Perguruan Tinggi. Kami biasa menyebutnya dengan metode dzikir dan fikir yang bersatu dalam unsur Ilahiah, ilmiyyah, dan fikriyyah.


Kalau dilihat memang tidak terlalu padat. Kenapa? Karena Darus-Sunnah hanya mewajibkan mahasantrinya mengaji selepas subuh dengan durasi waktu sekitar satu jam setengah. Juga selepas isya dengan durasi yang sama seperti subuh. Jadi, dalam sehari semalam durasi kegiatan belajar wajib mahasantri hanya tiga jam. Selebihnya diserahkan pada kegiatan masing-masing, seperti kuliah, belajar, organisasi, istirahat dan lain sebagainya.


Metode pembelajaran yang digunakan adalah bandongan (muhadhoroh) yaitu guru menerangkan dan santri mendengarkan serta memahami apa yang dijelaskan oleh guru. Selain sistem tersebut juga beliau menerapkan sistem sorogan, yaitu santri membaca kitab sementara Pak Kyai menyimaknya kemudian mengoreksi, bertanya, dan memberikan masukan-masukan kepada mahasantri.


Suasana ketika shalat berjamaah (moment bertepatan kedatangan tamu dari luar negeri) 



Klasifikasi Mahasantri


Mahasantri Darussunnah dibagi menjadi dua katagori, yaitu muntazhim dan muntasib. Mahasantri muntazhim adalah mahasantri yang berhak tinggal di asrama Darus-Sunnah. Sedangkan mahasantri muntazhim adalah mahasantri yang tinggal di luar asrama Darus-Sunnah. Kedua-duanya mendapatkan hak dan porsi belajar yang sama.


Kurikulum Darussunnah


Sesuai dengan namanya, sebagian besar kurikulum di Darus-Sunnah adalah berkutat dengan dunia Hadis dan Ilmu Hadis, juga pengetahuan keagamaan lainnya. Saya tidak sebutkan semua. Nama-nama pelajaran yang paling tenar dikaji di Darussunnah adalah :


1.      Shohih Bukhori.
2.      Shohih Muslim.
3.      Sunan Abi Duad.
4.      Sunan At-Tirmizi.
5.      Sunan An-Nasai.
6.      Sunan Ibni Majah..


Inilah enam kitab Hadis pokok yang dipelajari di Darussunnah. Mahasantri sering menyebut enam kitab ini dengan sebutan Kutubus Sittah atau kitab Hadis yang enam. Menurut para ulama Hadis, enam kitab Hadis ini yang paling masyhur di kalangan Muhadditisn karena Hadis-hadisnya berkualitas, terutama Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.


Selain dalam bidang Hadis, kurikulum di Darussunnah juga memuat pelajaran-pelajaran dalam disiplin ilmu Hadis, seperti : 

1.      Taiysir Mustholahal Hadiis Lit Thohaan
2.      Tadriibur Roowi
3.      Ulumul Hadis Al-Mu`ashiroh
4.   Bidayatul Mujtahid
5.   Fawaid Al-Janiyyah
12. Diwan As-Syafi`i


Yah. Semua kitab-kitab yang dikaji di Darussunnah akan selesai dikaji selama empat tahun.


Terkait Biaya dan Fasilitas Pesantren


Untuk permasalahan biaya, ada dua point yang ingin saya bahas secara mendetail. Point inilah yang paling sering ditanyakan calon mahasantri yang hendak masuk ke Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences.


Pertama, pada dasarnya, Pesantren Darussunnah tidak memungut biaya sepeser pun dari mahasantri. Sebagai gantinya, setiap mahasantri diwajibkan untuk memiliki seluruh kitab yang akan dikaji selama empat tahun.


Kedua, Darussunnah mengajarkan kepada mahasantrinya agar bersikap mandiri dalam segala hal. Karena kesadaran mahasantri sendiri, seingga berdirilah sebuah organisasi yang bernama Isdar (Ikatan Mahasantri Darussunnah). Salah satu program Isdar adalah menghormati kebijakan Pak Kyai yang menggratiskan seluruh mahasantrinya dengan membuat kebijakan sekaligus inisiatif agar yang membiayai fasilitas seperti listrik, air, kebersihan, adalah dari mahasantri sendiri. Untuk itu, setiap mahasantri diharuskan menyumbangkan infaq Rp. 50.000 perbulan. Perlu dicatat, infaq ini sama sekali bukan untuk Pak Kyai sebagai pengasuh dan pendiri. Tapi sebaliknya, infaq ini bersumber dari mahasantri, oleh mahasantri, dan untuk mahasantri.


Jika logikanya seperti ini, saya pribadi berpikir uang Rp. 50.000 tersebut sangatlah murah. Murah sekali. Karena dengan uang tersebut setiap mahasantri dapat menikmati fasilitas seperti minum, memasak, menggunakan listrik untuk mencharge komputer jinjing, handphone, bahkan untuk kegiatan-kegiatan mahasantri sendiri. Inilah beberapa ciri khas ajaran “mandiri” yang dipraktekkan mahasantri Darus-Sunnah. Sampai saat ini saya tidak menemukan seorang mahasantri-pun yang mengeluhkan biaya tersebut. Kalau boleh saya  bandingkan dengan kost-kostan mahasiswa pada umumnya, tidak akan ditemukan ada kostan yang disewa seharga Rp. 50.000, apalagi dengan segala fasilita seperti yang ada di Darus-Sunnah.  Selain itu, Darus-Sunnah juga menyediakan maktabah (perpustakaan) yang berisi kitab-kitab dari berbagai disiplin ilmu seperti Hadis, Ulumul Hadis, Tafsir, Fiqih, Aqidah, Tarjamah (biografi), Tarikh (sejarah), Al-Ma`ajim Al-Lughoh (Gramatikal Bahasa Arab dan Inggris), dan disiplin Ilmu-ilmu lain.


Kegiatan Ekstrakurikuler


Selain kegiatan belajar mengajar formal, pesantren juga memiliki organisasi intra pesantren dalam bentuk lembaga semi otonom yang berada di bawah naungan Isdar. Berikut beberapa penjelasan yang dapat saya uraikan :
1.      
     Lembaga Tahfizh al-Quran (Al-Itqan)

Temen-temen yang ingin mengembangkan hafalan al-Quran, bahkan sampai juz 30, di Darussunnah bisa kok! Al-Itqan adalah tempat yang cocok untuk Anda. Di Darussunnah sendiri setiap mahasantri diwajibkan menghafal delapan juz Al-Quran sampai dengan pendidikan selesai. Hafalan ini menjadi syarat kelulusan setiap mahasantri. Siap?

2.      Buletin Dakwah Umat Nabawi (Jurnalistik)

Pesan yang selalu Pak Kyai hunjam ke hati seitap mahasantri adalah wa laa tamuutunna illa wa antum kaatibuun. Janganlah kalian mati kecuali menjadi seorang penulis. Ya. Menulis, seperti saya pribadi yang suka menulis, BDU Nabawi adalah tempat yang pas untuk mengakrabkan diri di Darussunnah. Pak Kyai tidak hanya berpesan. Tetapi beliau sendiri telah menulis lebih dari tiga puluh judul buku baik dalam bahasa Indonesia, Arab, Inggris, bahkan sampai bahasa Jawa. Pastikan ketika Anda lulus dari Darussunnah, Anda memiliki minimal satu buku yang sebagai bukti kepada orang tua bahwa Anda benar-benar menjadi mahasantri Darus-Sunnah. Siap?

3. Forum Diskusi Lintas Prespektif (FDLP) Rasionalika (Forum Diskusi Dwi Mingguan)

Nah, bagi Anda yang jago debat dan suka berbagi atau mengeluarkan argumengtasi pemikiran, Rasionalika adalah tempat yang tidak boleh Anda tinggalkan. Kalau perlu Anda mempersiapkan diri untuk menjadi ketua sekalian. Bahkan, tuntutan akademis saat ini memang sangat vital bagi seorang akademisi agar mampu dan berani mengungkapkan aspirasinya dengan baik dan benar, sehingga dapat diterima oleh pendengarnya. Nah, di Rasionalika Anda akan dituntut untuk seperti itu. Diharapkan, Anda mampu mengungkapkan apa yang Anda ketahui dengan baik dan benar. Bahkan kita bisa sharing di sini lho! Apalagi kalau Anda masuk Nabawi, maka pemikiran Anda dapat Anda ungkapkan melalui lisan dan tulisan. Hebat yah Darussunnah?

4.      Sistem Informasi Darussunnah (Sids)

Sebagai salah satu wadah dan ajang komunikasi mahasantri Darussunnah atau para alumnusnya. Salah satu dari sekian banyak tugas Sids adalah mengembangkan dunia cyber-netting Darus-Sunnah melalui website www.darussunnah.net. Selain itu, Sids juga sering bekerjasama dengan Nabawi dalam mempublis tulisan-tulisan topik utama Nabawi ke Sids. Sebenarnya website Darus-Sunnah yang dikelola oleh Sids lebih digunakan sebagai media sosialisasi tentang Darus-Sunnah kepada masyarakat, termasuk di dalamnya kolom khusus untuk tulisan-tulisan Khadim Ma`had, Prof. DR. KH. Ali Mustafa Ya`qub, MA.

5.      Kursus bahasa Inggris (malam Ahad ke I dan III) setiap bulan.

Point ini akan dijelaskan di nomor enam.

6.      Kurus bahasa Arab (malam Ahad ke II dan IV setiap bulan)

Darussunnah mengantisipasi mood-nya para mahasantari apabila malam minggu tiba dengan diadakannya kurus Bahasa Arab atau Bahasa Inggris oleh dosen-dosen pengajar yang berkualitas. Kalau Anda pencinta Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, jangan lewatkan kesempatan ini! Bahkan tidak dipungut biaya sama sekali.

Bagi saya pribadi, Darussunnah adalah salah satu kenikmatan dunia yang tidak akan bisa digantikan dengan apapun


ANDA TERTARIK INGIN MENJADI SALAH SATU CIVITAS AKADEMI DARUSSUNNAH INTERNATIONAL INSTITUE FOR HADITH SCIENCES?

Boleh sharing sedikit yah? Jujur, sebenarnya ketika saya belum menjadi mahasnatri dan mahasiswa di UIN Jakarta, saya banyak bertanya-tanya dengan para mahasantri tentang kegiatan belajar dan mengajar di Darus-Sunnah, terutama kegiatan-kegiatan di Darus-Sunah yang saya tahu begitu padat. Permasalahannya, ketika saya bertanya dengan kawan-kawan mahasantri yang lebih senior tentang Darussunnah, mereka lebih menjawab seperti apa yang telah saya tulis di atas. Jujur yah, ada banyak serba-serbi yang jarang dijawab ketika ditanyakan oleh calon mahasantri tentang Darus-Sunnah. Oleh karena itu, tulisan ini insya Allah akan memberikan informasi, sekaligus menjawab rasa penasaran-penasaran Anda tentang Darus-Sunnah. Informasi yang saya berikan ini sebenarnya pernah saya tanyakan kepada mahasantri-mahasantri sebelum saya menjadi mahsantri. Tapi sayangnya kepuasan saya belum terbayarkan lunas dari jawaban-jawaban mereka. Oleh Karena itu saya tertarik untuk membuat tulisan ini. Lebih tepatnya, APA KATA HATI SAYA TENTANG DARUS-SUNNAH SEKARANG? Dan inilah yang akan menjadi kunci rahasia sekaligus informasi paling berharga tentang Darus-Sunnah. Saya akan uraikan semuanya dengan lengkap, tapi tidak menjamin Anda puas. Kalau mau puas ya silakan menjadi mahasantri Darus-Sunnah. Hehe..


Ibarat kata, dulu saya penasaran tentang bagaimana rasanya menyelam di samudra lautan ilmu Darus-Sunnah. Saya banyak bertanya-tanya kepada para penyelam terdahulu. Tapi yang namanya saya ini orang bodoh, tetap saja tidak puas hanya dengan ulasan-ulasan mereka. Akhirnya saya putuskan untuk TERJUN DAN LANGSUNG MENYELAM di lautan Darus-Sunnah, sekaligus ingin teriak sekeras-kerasnya pada semua orang yang ingin tahu bagaimana rasanya mengarungi lautan samudra di Darus-Sunnah.


Sebelum Menjadi Mahasantri


Saya lulusan sebuah pesantren Salafi yang ada di Aceh. Sebelum masuk di Darus-Sunnah, saya selalu mencari-cari informasi tentang Darus-Sunnah. Yang saya dahulukan dulu simple, hanya mencari salah satu akun facebook seorang mahasantri Darus-Sunnah. Saya add satu orang dan saya inbox, lalu bertanya-tanya tentang proses kegiatan belajar-mengajar di Darus-Sunnah. Tapi kawan, tetap saja tidak puas.


Singkatnya, begitu masa studi saya di pesantren selesai dan saya pulang ke kampung halaman saya di Bogor, saya langsung mendatangi pesantren Darus-Sunnah, bahkan sempat dua kali mengikuti kegiatan halaqoh fajriah di sana. Pas di hari yang kedua saya dimarahi sama Pak Kyai karena ketahuan tidak mempunyai kitab. “Anta aina kitab?” Mana kitabmu? kata Pak Kyai pada saya. Sontak, saya kaget bukan main. Saya bermaksud menjawab sebagai tamu, tapi untunglah mahasantri yang lain (termasuk teman yang saya kenal) membantu menjelaskan pada beliau siapa saya dengan jawaban, “Huwa dhoyf ya Ustadz.” Dia tamu. Ya jelaslah, orang status saya hanya tamu yang menyamar jadi mahasantri. Jadi ya Pak Kyai akan mengira saya ini mahasantri. Peraturannya, mahasantri wajib memiliki kitab! Jadi…


Apa kata Pak Kyai? “Kullu thullab fil ma`hadi la budda lahu bil kitaab. Muntasiban kaana aw muntazhim.” Tegas! Setiap mahasantri Darussunnah harus memiliki kitab. Entah dia berstatus muntasib atau muntazhim.


iwak peyek...... hehe....


Apa yang terjadi pada diri saya setelah itu? Ya jelas trauma berat! Semenjak saat itu saya tidak lagi mengaji sebagai muntasib. Saya takut. Saya benar-benar takut. Dan sejak saat itu pula saya hunjamkan janji pada diri sendiri bahwa suatu saat saya pasti akan lulus testing dan menjadi mahasantri Darus-Sunnah. “Aku akan jadi muridmu wahai Kyaiku yang kucintai”.


Dan berhasilkan saya menjadi mahasantri Darussunnah?
Dan berhasilkah saya menjadi murid didik dan asuh beliau?


HANYA ALLAH YANG TAHU!


Bersama Sang Pengasuh Darus-sunnah Prof. DR. K.H. Ali Musthafa Ya`qub M.A
berguru dengan beliau termasuk dalam daftar nikmat dunia akhirat yang wajib dicatat dalam catatan harian setiap mahasantri Darussunnah




Apa Yang Harus Anda Lakukan Untuk Masuk ke Darus-Sunnah?


Pertama jelas, Anda harus tahu dulu dimana letak pesantren Darus-Sunnah berada. Saran saya, sesekali tidak ada salahnya kalau Anda berkawan dengan salah seorang mahasantri, siapa saja, terutama yang sesuai dengan jenis kelamin Anda. Boleh saya kalau Anda lelaki, atau boleh siapapun. Gampang kok. Cari saja di Facebook. Ketik keyword “Darus-Sunnah International High Institute for Haditih Sciences” . Setelah di konfim, anda dekati dia dan ambil hatinya. Ujung-ujungnya, mintalah ia jadi pemandu Anda untuk masuk ke Darussunnah. Tapi jangan khawatir kawan, anggaplah posisi saya saat ini adalah guide Anda menuju Darus-Sunnah. Bacalah terus.


Penting Untuk Anda Ketahui Terkait Status Anda Sebagai Mahasiswa


Oh ya, Anda tahu satu hal? Salah satu syarat menjadi mahasantri Darus-Sunnah adalah Anda harus seorang mahasiswa. Kalau Anda masih sekolah di SMA sederajat apalagi SMP, mustahil Darus-Sunnah akan menerima Anda sebagia mahasantri yang tercatat resmi dalam abesnsi pesantren. Jadi, pastikan Anda seorang mahasiswa. Maka saya akan prediksi sebagian dari Anda pasti akan kuliah di perguruan tinggi yang letaknya berdekatan dengan Darus-Sunnah. Sampai saat tulisan ini saya buat, mahasantri-mahasantri Darus-Sunnah didominasi oleh Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan persentase 93%. Sisanya ada yang kuliah di Universitas Muhammadiah Jakarta (UMJ), Institut Ilmu Qur`an (IIQ) khusus wanita, Perguruan Tinggi Ilmu Qur`an (PTIQ), Bina Sarana Informatika (BSI), Sekolah Tinggi Islam Ekonomi SEBI (STIE SEBI), Lembaga Ilmu Pendidikan Islam Arab (LIPIA), Universitas Bakrie dan Al-Kahfi Bintaro. Ya, setahu saya hanya itu. Lokasi-lokasi tersebut dipilih karena jaraknya relative dekat atau tidak terlalu jauh dari lokasi pesantren Darus-Sunnah. Sehingga dapat dengan mudah dijangkau oleh mahasantri.


Demi menunjang fasilitas pendidikan, ternyata Darus-Sunnah tidak menerima sembarang mahasantri. Yang pasti akan diterima apabila lulus adalah mahasiswa yang masih semester I atau semester III. Untuk calon mahasantri selain dari semester I dan III, boleh-boleh saja mengaji di Darus-Sunnah. Akan tetapi sekedar ikut mengaji saja. Tidak tercatat sebagai mahasantri resmi.


Terakhir saya mendengar kabar bahwa calon mahasantri selain semester I dan III tetap akan diterima dengan syarat lulus dan masuk dalam sepuluh besar dalam list hasil kelulusan. Tentang kelulusan ini saya akan uraikan di depan, Insya Allah.  


Biasanya, sebelum Anda diterima di Darus-Sunnah sebagai mahasantri, Anda akan lebih dahulu tahu apakah nama Anda diterima di perguruan tinggi yang Anda ambil, atau tidak.  Ujian test masuk di Darus-Sunnah sendiri sengaja diakhirkan jadwalnya ketimbang jadwal test masuk di perguruan tinggi lainnya. Ini dilakukan untuk menghindarkan kasus apabila ternyata Anda lulus di Darus-Sunnah dan tidak lulus di perguruan tinggi seperti UIN, dipastikan nama Anda di Darus-Sunnah akan dieliminasi sebagai mahasantri muntazhim.


Maaf cakap, kalau memang Anda tidak lulus di kampus, sebaiknya jangan nekat untuk mendaftarkan diri di Darus-Sunnah. Dan jangan khawatir, karena Anda masih tetap bisa mengikuti kegiatan mengaji seperti biasa, dengan konsekuensi Anda tidak tinggal di asrama pesantren dan tidak tercatat sebagai mahasantri resmi. Artinya siapapun masih berkesempatan untuk ikut mengaji. Entah Anda seorang Bapak-bapak, mahasantri yang ternyata tidak lulus, siswa SMA, atau presiden sekali pun. Hehe.


Sampai di sini Anda mungkin akan berkata, wah, kalau begitu masuk Darus-Sunnah itu gampang-gampang susah Yah?  Ya. Dua kali gampang dan satu kali susah.


Ikuti Perkembangan Informasi SPMB Darussunnah


SPMB adalah kepanjangan dari Seleksi Penerimaan Mahasantri Baru. Darus-Sunnah mempunyai team khusus mahasantri (atas kontrol ketat pengasuh) yang bergerak mengkoordinir alur penerimaan calon mahasantri baru. Jika niat masuk Darussunnah telah menghunjam kuat dalam diri Anda, saran saya tetap fokus pada informasi-informasi dari Darus-Sunnah, terutama tentang (catat yah) :
1.     Tanggal kapan mulai dibuka dan ditutupnya pendaftaran masuk di Darussunnah?
2.     Tanggal kapan ujian tulis?
3.     Tanggal kapan pengumuman hasil ujian tulis?
4.      Tanggal kapan ujian lisan?
5.      Tanggal kapan hasil pengumuman ujian lisan?
6.      Tanggal kapan Orasi Mahasantri Baru?
7.      Tanggal kapan Anda mulai dapat tinggal di asrama?
8.      Tanggal kapan kegiatan belajar mengajar di Darus-Sunnah akan aktif?
9.       Apa saja yang akan diuji di ujian lisan dan tulisan?


Sembilan point di atas akan saya jabarkan lagi satu persatu. Jadi jangan takut sobat. Jika kesembilan informasi di atas telah Anda dapati, catat dan ingatlah baik-baik sebagai bekal informasi berharga untuk Anda dalam mengatur langkah. Kalau perlu simpan sekalian catatannya di dalam dompet dan draft handphone Anda! Jelas?


Permasalahannya, dari mana saya bisa mendapatkan informasi di atas? Seperti yang telah dijelaskan sub Apa Yang Harus Anda Lakukan Untuk Masuk Ke Darus-Sunnah. Anda bisa mendapatkan tujuh point informasi ini melalui brosur Darussunnah IIFHS, mahasantri lama (terutama mereka yang kebetulan menjadi panitia SPMB), melalui website Darussunnah di www.darussunnah.net atau follow akun Twitter Darussunnah dengan user name DarsunIIFHS. Insya Allah, sumber-sumber tersebut dapat memberikan informasi terkait tujuh point di atas.


Memang tanggalnya berubah-ubah setiap tahun? Ya. Pertama, karena Panitia SPMB menyesuaikan jadwal masuk Darussunnah dengan jadwal masuk perguruan tinggi. Kedua, jadwal masuk perguruan tinggi setiap tahunnya pasti berubah-ubah. Makanya Darussunnah membuat kebijakan seperti ini demi kelancaran pendaftaran calon mahasantrinya. Apalagi yang akan mendaftar pasti lebih dari tiga ratus orang dari berbagai daerah di Indonesia atau luar Indonesia. Kasihan kan kalau ternyata mereka harus pulang kembali ke daerah mereka dengan tangan kosong, artinya tanpa lulus di perguruan tinggi dan di Darussunnah? Ini yang paling menyedihkan dan pernah terjadi. Saya yakin sekali dan pastikan juga pada diri Anda bahwa hal ini tidak terjadi pada diri Anda.


Anda masih semangat membaca? Oke. Usai jeda pariwara berikut saya akan membahas tentang proses pendaftarannya. *ngopi dulu*


Pintu Masuk Utama Darssunnah, Isi Formulir Pendaftaran!


Seperti yang barusan saya janjikan, saya akan berbicara tentang proses pendaftarannya. Oke? Dan sekarang saya anggap Anda telah mendapatkan tujuh informasi di atas. Kalau Anda lupa apa saja ketujuh point tadi coba deh baca ulang sekali lagi. Karena inilah langkah paling pertama bagi kedua kaki Anda untuk melangkah masuk ke gerbang suci Darussunnah sebagai mahasantri Darussnnah International Institute for Hadith Sciencess, sekaligus dicap orang-orang sebagai murid Prof. DR. KH. Ali Mustafa Ya`qub.


Dimana Anda bisa mengisi formulir pendaftaran masuk Darus-Sunnah? Pertama, anda bisa datangi stand pendaftaran calon mahasantri Darussunnah. Tradisi pesantren setiap tahun apabila sedang membuka pendaftaran mahasantri baru, stand ini dibuka dan berlokasi persis di halaman depan Masjid Fathullah UIN Syarif Hidyatullah Jakarta. Lokasi tersebut dipilih karena letaknya strategis dan mudah diketahui banyak orang. Insya Allah, masyarakat sekitar tidak ada yang tidak tahu dimana letak Masjid Fathullah. Anda bisa bertanya-tanya pada orang-orang sekitar kita. Sampai supir angkot atau bis pun tahu dimana Masjid ini. Anda tinggal bilang sama kernet atau sopirnya, “Bang, turunin saya di Masjid UIN Jakarta”.  Begitu turun dari kendaraan umum yang Anda tumpangi, Anda akan melihat sebuah sepanduk besar dan standing banner yang telah dipersiapkan sebagai clue lokasi stand. Jadi, Anda tidak perlu khawatir akan nyasar. Ini yang pertama. Kedua, karena masa berdiri stand hanya satu bulan, maka langkah kedua Anda bisa langsung datang ke lokasi pesantren Darussunnah yang beralamat di Jln. SD Inpres No. 12 Pisangan Barat – Ciputat Tanggerang Selatan, atau dengan menghubungi nomor kontak Darussunnah di 021-7443150. Setibanya Anda di lokasi pesantren, tanyakan pada mahasantri siapapun yang anda temui (asal jangan sama tukang bangunan lho, hehe), “Kang/Mbak, saya ingin daftar masuk Darussunnah. Kira-kira sama siapa yah saya bisa dapat formulir pendaftaran?”.  


Kalau kebetulan Anda berhadapan dengan salah satu panitia SPMB, Alhamdulillah. Kalau tidak, Insya Allah mereka akan memandu Anda untuk menemui panitia yang bersangkutan. Anda juga bisa sharing dengannya tentang Darus-Sunnah lebih dalam. Intinya jangan merasa canggung dan merasa malu. Mahasantri-mahasantri pasti memaklumi Anda, sebagaimana mereka pun sebelum jadi mahasantri pernah merasakan hal seperti itu.


Oh ya hampir lupa. Nanti jangan lupa persiapkan dan bawa pas photo 2 X 3 dan 3 X 4 masing-masing satu lembar. Terus juga fotokopi ijazah dan STTB SMA/Pesantren sederajat yang telah dilegalisir masing-masing satu lembar.


Daftarnya pakai biaya nggak? Nah, untuk yang ini jelas pakai. Namanya juga biaya pendaftaran. Uang Anda akan digunakan oleh panitia untuk kepentingan proses pendaftaran dan ujiain masuk seperti point-point sebelumnya. Ya, namanya saja mandiri. Dari Anda, buat Anda, dan untuk Anda. Insya Allah akan disediakan pula souvenir menarik untuk Anda nanti.
Terus berapa biaya pendaftarannya? Kalau dulu ketika saya masuk biayanya masih Rp. 75.000. Dan tahun kemarin (2011) kebetulan saya menjadi salah satu panitia SPMB. Biaya pendaftarannya Rp. 90.000. Untuk tahun ini (2012) biayanya 100.000.


Pesan Pak Kyai kurang lebih begini, “Saya gratiskan Anda belajar di sini, karena saya juga waktu belajar dulunya gratis.”
Oke, saya rasa informasi pendaftaran sudah cukup jelas.


Ujian Tulis


Ujian tulis artinya komando tanda peperangan akan dimulai. Di sinilah pertempuran bertama kita akan berlangsung. Format ujiannya seperti biasa. Kita duduk di dalam sebuah ruangan, dan nanti panitia akan membagi-bagikan Anda kertas kosong sebagai lembar jawaban lalu disusul soal yang menjadi musuh bagi Anda untuk ditaklukkan.


Apa saja yang ditest? Saya tertarik untuk membahas materi yang diujikan panjang lebar. Insya Allah nanti akan ada sesi khusus. Masalahanya pada ujian lisan pun tidak jauh-jauh beda dengan ujian tulisan. Secara gamblang yang sementara dapat saya jelaskan materinya meliputi pengetahuan keagamaan seperti dasar-dasar Hadis, Ulumul Hadis, Fiqih, Ushul fiqih, dan masalah kontemporer yang harus anda jabarkan sendiri dengan bahasa Arab.


Pilihan ganda atau essay? Dua-duanya ada kok. Hehe


Jadi, sebelum ujian tulis dimulai, Anda diharuskan mencari dimana ruang ujian Anda berdasarkan nomor ujian yang telah diatur oleh panitia. Jangan sampai salah masuk ruangan. Kalau Anda bingung silakan bertanya pada seorang panitia, insya Allah dia akan membantu Anda.


Berapa lama durasi waktu ujian tulis? Nah, untuk yang ini saya agak-agak lupa. Kalau tidak salah sekitar dua jam. Sampai saat tulisan ini dibuat saya belum benar-benar mendapatkan keterangan yang valid dari beberapa kawan saya. Masalahnya, ketika saya mengikuti ujian tulis, saya termasuk yang lebih dahulu selesai sebelum waktu habis. Bukan Cuma saya, tapi temen-temen lain pun begitu. Rata-rata di durasi satu jam lima belas menit sejak waktu ujian dimulai para mahasantri sudah keluar duluan. Tinggal yang pinter-pinter aja yang keluarnya paling belakangan. Saya duluan, karena termasuk yang paling bodoh. Hehe.


Kalau sudah selesai? Anda rapikan dan masukkan alat-alat tulis Anda ke dalam tas, berdiri, lalu serahkan lembar jawaban dan soal ujian Anda pada panitia SPMB.


Soalnya susah nggak sih? Ada sebuah kisah menarik. Dahulu kala ada seorang peserta ujian yang mampu menyelesaikan jawabannya kurang dari dua menit. Ya. Kurang dari dua menit. Para peserta lain bukan lagi kagum. Bahkan takjub terheran-heran melihat peserta ujian itu sudah terlebih dahulu menyerahkan lembar jawaban pada mahasantri dalam waktu sebegitu singkatnya. Panitia dan pengawas pun tak luput dari perasaan itu. Sampai-sampai seorang pengawas bergumam, “Anda luar biasa. Anda mampu menyelesaikan soal dalam waktu yang sangat sangat singkat.” Calon mahasantri itu bilang. “Coba dah Ustadz lihat isi jawabannya.” Anda tahu apa yang terjadi? Pas dilihat oleh Ustadz pengawas, ternyata isinya bersih. Belum sempat Ustadz yang mengawas itu bertanya, tiba-tiba ia bilang “Maaf  Ustadz, saya sama sekali nggak ngerti bahasa Arab. Semua soalnya bahasa Arab!” Cerita selesai! Hehe..


Tuhkan! Berarti soalnya susah dong?  Jangan bilang susah dulu! Baca terus tulisan saya, kawan. Oke.


Nah, begitu selesai ujian tulis Anda langsng menyerahkan lembar jawaban pada panitia pengawas. Setelah itu Anda boleh pulang ke rumah, ke kosan teman, atau ke asrama Darussunnah untuk bermalam. Tentu saja setelah mendapat izin dari musyrif. Kalau tidak ada izin, wah, bisa-bisa Anda dianggap pencuri! Hehe


Tunggu Pengumuman Kelulusan Ujian Tulis


Pengumuman hasil kelulusan ujian tulis akan diumumkan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh pesantren. Pastikan Anda sudah tahu tanggalnya.


Di mana saya bisa lihat pengumuman hasil ujian tulis? Pertama, di mading Darussunnah. Datang langsung ke pesantren bila memungkinkan. Kalau cara pertama sukar dan tidak mungkin, pakai cara Kedua, lihat dan kunjungi situs www.darussunnah.net dimana pun Anda berada.


Kalau saya lulus bagaimana? Alhamdulillah. Selamat! Itu tandanya Anda masih harus berada di seputaran Ciputat/Jakarta untuk mengikuti pertempuran alias ujian selanjutnya yang lebih sulit dari yang pertama.


Kok bisa begitu? saya jawab di judul bawah.


Ujian “Lidah”


Lidah dalam bahasa Arab artinya lisan. Jawaban dari pertanyaan barusan adalah sebuah statement


“Calon mahasantri yang berhak mengikuti ujian lisan hanya mereka yang dinyatakan lulus pada ujian tulis kemarin.”


Pahamkan maksud saya?

Peserta yang akan mengikuti “ujian lidah” ini tentunya tidak sebanyak yang ujian tulisan yang pertama. Dengan berat hati saya katakan, mereka yang tidak lulus pada ujian lisan selesai sampai di situ. Artinya, perjalanan mereka menembus gerbang Darussunnah sebagai mahasantri telah tertutup karena tidak lulus ketika ujian lisan kemarin.


Materi yang akan diujiakan apa saja sih? Jawabannya akan saya tahan dulu. Nanti akan saya jabarkan materi ujian lisan dan tulisan dengan panjang lebar. Oke? Jadi ya bacanya jangan sampai di sini saja.


Tradisi pesantren, di akhir pertemuan sebelum liburan mengakrabkan diri dengan acara makan-makan sederhana bersama kawan-kawan dari usroh (kelompok) masing-masing.



Tunggu Lagi!


Setelah ujian lisan, Anda harus menunggu lagi sampai pengumuman hasil kelulusan ujian lisan keluar. Cara mendapatkan informasi ini tidak jauh beda dengan pengumuman ketika ujian tulisan kemarin.
Kalau ternyata nama saya tidak tercantum dalam hasil kelulusan artinya saya tidak lulus dong? Hiks…. Hiks…. 


Alhamdulillah, Segala Puji Bagi Allah Yang Telah Meluluskan Saya Ujian Tulisan dan Lisan


Yap. Silakan Anda bersujud syukur dan bersedekah sebanyak-banyaknya kepada para pemulung di Jakarta (kalau mau.. hehe). Buat apa? Sujud syukur dan sedekah itu adalah sedikit tanda rasa syukur Anda kepada Allah yang telah meluluskan Anda dalam ujian tulisan maupun lisan?


Hah, masih nggak ngerti? SESAAT LAGI ANDA AKAN TERCATAT SEBAGAI MAHASANTRI DARSSUNNAH.


Yah, selamat… selamat…. Selamat…..! Hanya ini yang bisa saya ucapkan buat Anda J


Orasi


Karena sebentar lagi Anda akan masuk Darussunnah sebagai mahasantri baru, Anda diharuskan mengikuti orasi sebagai calon mahasantri baru di Darussunnah. Orasi berarti Orientasi Mahasantri Baru. Hal ini tentu sebagaimana lazimnya dilakukan di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi lainnya. Dalam orasi Anda akan dapat banyak tips dan kiat-kiat bagaimana menjadi mahasantri yang unggul dari segi kualitas maupun kuantitas. Ada segudang materi yang akan disampaikan oleh para alumnus-alumnus mahasantri Darussunnah sebagai bekal untuk Anda yang tak lama lagi akan menjadi MAHASANTRI RESMI. Perlu diketahui, sampai detik ini saya belum pernah menemukan alumnus Darussunnah yang menganggur tanpa ada kejelasan nasib dan masa depan seperti yang dilukiskan musisi favorit saya Iwan Fals dalam lagunya SARJANA MUDA.


Gimana tuh lagunya? Temui saya! Nanti saya kirimkan via Bluetooth ke handphone Anda. Hehe. Maklum, saya kan fans Bang Haji Iwan Fals.


Jadi intinya, tutorial saya membimbing Anda sebagai calon mahasantri Darussunnah yang baik hanya sampai di sini. Sebab ada yang lebih berhak membimbing Anda untuk menjadi mahasantri yang sukses dan bermanfaat dalam orasi nanti! Dan itu bukanlah Fikri Habibullah Muharram. Kalau saya yang jelaskan, sepertinya ada beban tersendiri buat saya secara pribadi. Pasalnya, saya ingin sekali menjadi mahasantri yang sukses. Jadi sampai saat ini belum kesampaian semaua mimpi-mimpi itu. Bisa dibilang saya ini mahasantri yang tidak ada apa-apanya dibanding mahasantri-mahasantri lainnya. Definisi sukses bagi saya pribadi adalah ketika saya berhasil meraih apa yang saya impi dan angan! Terutama mampu membahagiakan kedua orangtua saya. Dan ini belum semua berhasil saya raih. Meski mereka tetap bangga memiliki seorang “darah” yang di dalam dompet hitamnya ada KARTU TANDA MAHASANTRI DARUSSUNNAH INTERNATIONAL INSTITUTE FOR HADITH SCIENCES.


Toh ke-belumsukses-an saya ini jangan sampai membuat stigma buruk Anda tentang Darussunnah seperti saya. Sekali lagi, yang belum sukses hanya saya secara pribadi!
Kalau saya nekat berbagi nasehat dan trik-trik sukses menjadi mahasantri Darussunnah yang bermasa depan cerah, saya takut dicap kaburo maqtan yang pinter ngomong tanpa bisa membuktikan dalam keseharian saya!


Buktikan… Buktikan…
Itu yang dinantikan
Buktikan… Buktikan…
Kalau Cuma ngomong burung beo pun bisa

Eh. Itu lagu Iwan Fals….

Kapan Masuk? Kapan Aktif Belajar? Apa yang harus saya persiapkan sebelum masuk asrama?

Tanggal! Ingat kan? Pastikan Anda telah berada di Darussunnah sebelum kegiatan mengaji aktif atau dimulai. Bawa semua barang-barang keperluan harian Anda seperti pakaian, alat mandi, handuk, tas, buku-buku bacaan yang diperlukan, dan lain-lain. Saya yakin, Anda pernah belajar di pesantren sebelumnya selama bertahun-tahun. Ya. Keperluan yang ada di Darussunnah tidak jauh berbeda dengan keperluan Anda selama di pesantren dulu.

Saya sarankan kepada Anda untuk tidak main-main dengan tanggal masuk Darussunnah. Karena, berdasarkan kejadian yang sudah-sudah, apabila mahasantri baru tidak juga masuk ke Darussunnah selamat waktu yang telah ditentukan sejak tanggal masuk dan tanggal aktif, maka ia dinyatakan mengundurkan diri sebagai mahasantri Darussunnah tanpa salam dan kalam!

Sampai begitunya, kah? Ya. Yang lebih parah saya lupa berapa lama jeda waktu yang diberikan. Entah seminggu atau dua minggu. Kalau tidak salah sih seminggu.

Umpamanya ketika hari H yang seharusnya saya harus sudah di asrama, ternyata saya sakit atau ada udzur lain. Bagaimana? Jika memang Anda sakit atau karena ada hal lain yang tidak mungkin ditinggalkan, secepatnya Anda harus memberikan kabar kepada Pak Kyai. Karena urusan ini sangat riskan sekali terkait nasib Anda sebagai mahasantri. Saya bukan nakut-nakutin kawan. Lebih baik Anda takut dari sekarang (lebih tepatnya TAAT) dari pada nanti nama Anda dicoret oleh Pak Kyai dari absensi mahasantri Darussunnah. Ini serius, kawan. Sekali lagi, sangat serius! Sebab ada yang pernah dikeluarkan oleh Pak Kyai karena tidak ada kabar selama waktu yang telah ditentukan. Padahal alasan dia izin karena orang tuanya meninggal dunia. Bisa Anda bayangkan, kan?

Inilah yang bagi saya pribadi disebut KEBIJAKAN! Jangan remehkan sembilan huruf itu. Entah Anda mahasantri atau mahasiswa.

Sebagai wanti-wanti, alasan yang akan diterima nantinya adalah alasan-alasan yang sifatnya UDZUR SYAR`I. Jadi, kalau alasan keterlambatan Anda karena nikahan sepupu, lupa tanggal masuk, belum punya mukena, jalan-jalan dulu ke Pantai Carita, malas (apalagi), dan alasan-alasan lainnya, maka Pak Kyai tidak akan menerima alasan-alasan seperti itu. Ini berlaku bukan saja untuk mahasantri baru. Mahasantri lama pun demikian apabila tidak mengikuti kegiatan mengaji, walau hanya sekali! Ya. Walau hanya sekali! (sehari dua kali ngaji).


Udzur Syar`i itu contohnya seperti apa, Kak Fikri? Kalau Anda pernah belajar ilmu fiqih, alasan-alasannya kurang lebih seperti itu. Yang bisa diterima menurut syara`, Misal, Anda kecelakaan sehingga harus mengikuti masa pemulihan dalam waktu tertentu. Berarti alasan Anda SAKIT. Untuk alasan sakit seperti ini, Anda harus membawa surat keterangan dari dokter sebagai alat bukti bahwa Anda benar-benar sakit. Contoh lain seperti ibu Anda (maaf) meninggal dunia. Nah, yang ini dibenarkan. Sebagai tanzhir atau bandingan udzur seperti ini, mahasantri lama diberikan waktu hanya tiga hari. Ya. Ini apabila yang wafat orangtua atau saudara yang tergolong mahram. Saya ingat kata-kata beliau dalam sebuah halaqoh pengajian, “Al-Muhim bid du`aa”. Yang penting do`a. Benar kan? 

Dua alasan ini setidaknya bisa Anda jadikan pertimbangan dan bandingan untuk alasan-alasan lainnya yang tidak saya tuliskan. Faqishu….


Kitab………………………….!!!

Hanya satu persiapan yang benar-benar harus Anda persiapkan secepatnya. Apa itu? Ya. Kitab. Anda harus sudah memiliki SEMUA KITAB yang akan dipelajari sebelum masa masuk pesantren dan kegiatan belajar tiba.

Kalau Anda memiliki brosur pesantren Darussunnah, semua daftar-daftar kitab yang akan dipelajari ada di sana. Saya sendiri jauh-jauh hari telah mempersiapkan semuanya sebelum masa aktif pesantren berlaku.

Ada hal-hal lain yang harus diperhatikan nggak terkait kitab ini? Ada. Seperti yang saya lakukan juga ketika menjadi mahasantri baru. Saya meminta seorang mahasantri Darussunnah yang lama ketika itu untuk memberikan bimbingan untuk mendapatkan kitab-kitab itu. Masalahnya, tidak semua toko-toko kitab menjual kitab-kitab yang akan dipelajari di Darussunnah.

Tapi Anda jangan khawatir. Seorang alumni pesantren Darussunnah menjual kitab-kitab  yang dipelajari di pesantren. Namanya toko kitab Piramida. Sekedar pengalaman, dulunya kami membeli kitab-kitab itu secara kolektif. Kebetulan Kak Dzul `Ashfi Raihan, kakak kelas kami, membantu kami membelikan kitab-kitab yang kami butuhkan. Karena sehari-harinya, selain kuliah dan mengaji, ia bekerja di toko kitab itu.

Terus? Ya saya nggak bisa jamin apakah beliau akan bergerak membantu Anda atau tidak! Anda tidak boleh terlalu berharap pada tradisi seperti ini. Yang harus Anda lakukan adalah mencari sendiri, atau kalau mau coba dekati Bang Aziz, pemilik toko itu. Sebagaimana seorang penjual yang akan memberikan pelayanan terbaik pada klien pembelinya, insya Allah beliau akan membant Anda. Pesanlah kitab-kitab yang Anda butuhkan padanya.

Permasalahan selanjutnya, stok kitab kadang-kadang habis. Jadi kitabnya harus dipesan dulu dari Mesir via jalur laut. Lama kan? Dan Anda tidak boleh menunggu terlalu lama untuk mencari kitab itu.

Kalau Anda punya Kakak seorang alumnus Darussunnah, wah, sepertinya Anda tidak serepot ini jadinya. Tinggal pinjam saja kitabnya. Nggak mungkin nggak dipinjemin. Iya nggak?

Beli Matan atau Syarah?

Yang ini bagi saya penting. Dalam proses pengajian nantinya, ada mahasantri yang ingin sungguh-sungguh dalam belajarnya, termasuk sungguh-sungguh memahami Hadis dengan baik. Mereka berusaha semaksimal mungkin dalam proses belajarnya, salah satunya dengan membeli kitab-kitab syarah Hadis. Mereka tidak lagi membeli kitab matan hadisnya saja, bahkan mereka membeli syarahnya.

Kitab utama yang harus jadi sorotan terkait MATAN dan SYARAH :
1.      Matan SHAHIH BUKHORI, kitab syarahnya FATHUL BAARI karangan Imam Ibnu Hajar Al-`Asqolani 14 jilid.
2.      Matan SHAHIH MUSLIM, kitab syarahnya SYARAH SHAHIH MUSLIM karangan Imam An-Nawawi 9 jilid.
3.      Matan SUNAN ABI DAUD, kitab syarahnya `AUNUL MA`BUD karangan Imam Al-`Azhim 8 jilid.
4.      Matan SUNAN AT-TIRMIZI, kitab syarahnya TUHFATUL AHWADZI karangan Imam Al-Mubarokfuri 9 jilid.
5.      Matan SUNAN AN-NASAI, kitab syarahnya ada dua Karangan Imam As-Suyuthi dan Imam As-Sindi.
Matan dan Syarah SUNAN IBNU MAJAH. Yang ini merangkap dalam satu kitab. Mungkin ada syarahnya tersendiri, tapi saya belum tahu apa nama kitab dan siapa pengarangnya. Kalau Anda tahu mohon kasih tahu saya secepatnya. Semoga menjadi barokah pahala untuk Anda. Atau, kalau Anda tertarik ingin menjadi penyarah kitab itu, wah… Anda bisa menjadi mahasantri Darussunnah yang paling hebat!

Untuk nomor satu sampai lima, kalau Anda mau, Anda boleh beli dua-duanya. Tapi kebanyakan mahasantri lain hanya membeli kitab syarahnya saja. Alasannya karena pemborosan biaya. Sebab dalam kitab syarah pasti sudah ada matan utamanya. Jadi ngapain beli dua-duanya? Ya. Itu kata mereka. Dan ini juga yang saya lakukan.

Oh ia, ini hanya kitab-kitab hadis saja. Masih ada kitab-kitab lainnya yang harus Anda beli. Hanya saja pada kitab-kitab lainnya tidak memakai matan dan syarah seperti kitab hadis ini. Contohnya kitab Bidayatul Mujtahid karangan Imam Ibnu Rusydi, kitab Fawaaid Al-Janiyyah karangan Syaikh Yasin Al-Fadani, kitab Aqidah At-Thohawiyyah Syarh At-Thohawi karangan Imam Ibni Abil 1`zz, kitab Taisiirul Mustholahil Hadiis karangan Imam At-Thohhaan, dan lain-lain. Nama-nama kitab yang barusan saya tulis, termasuk enam kitab hadis sebelumnya, semuanya isinya sama. Tidak ada beda. Yang beda hanya cetakannya saja. Ada yang dari Darul Hadis, Darul Fikri, Darul Kutub Ilmiyyah, dan lain-lain. Jadi, kelak akan Anda dapatkan antara kitab satu mahasantri dengan mahasantri yang lain walau judulnya sama, boleh jadi cetakkan, warna sampul, jumlah halaman, jumlah jilid, dan nomor Hadis berbeda-beda.

Kisi-Kisi Harga Kitab

Anda masih ingat kisah saya ketika dimarahi Pak Kyai karena tidak memiliki kitab? Oke, sebagai catatan yang sangat penting sekali adalah biaya untuk membeli segala kitab yang akan dipelajari di Darussunnah. Biaya yang “mungkin” akan Anda keluarkan untuk membeli semua kitab-kitab tersebut tergolong tidak murah. Satu juta? Bisa kurang. Dua juta? Masih bisa kurang. Tiga juta? Boleh jadi masih kurang. Saya sendiri membeli semua kitab itu hampir mengocek kantong orang tua saya senilai Rp. 4.000.000,00,- (empat juta rupiah). Ditambah kitab tambahan sebagai penunjang bisa jadi 4.500.000. Dan ini belum termasuk keperluan di kampus saya, UIN Jakarta. Saya harap Anda tidak terkejut dan shock dengan harga yang saya sebutkan.

Untuk kitab Tuhfatul Ahwadzi saja harganya sekitar Rp. 550.000. Ada tiga judul kitab yang jumlah jilidnya banyak; Tuhfatul Ahwadzi, Syarah Shahih Muslim An-Nawawi, dan Fathul Baari syarah Shahih Bukhori Imam Ibnu Hajar al-`Asqolani. Seperti yang dikatakan, inilah mengapa pesantren Darussunnah membuat kebijakan untuk menggratiskan mahasantrinya! Ya. Salah satunya alasannya karena biaya untuk membeli kitab-kitab yang akan dipelajari tergolong tidak sedikit. Sepengalaman saya, angka biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli kitab-kitab yang dipelajari di Darussunnah lebih mahal dari pada biaya masuk di kampus saya, UIN Jakarta yang tidak sampai tiga juta. Kecuali kalau Anda mengambil jurusan kedokteran, itu lain lagi.

Jadi setiap tahun mahasantri mengeluarkan uang sebanyak inikah? Tentu saja tidak. Insya Allah ini hanya sekali Anda lakukan, yaitu di awal-awal masuk ketika Anda masih menjadi mahasantri baru. Kitab-kitab tersebut akan dipelajari dari awal Anda masuk sampai dengan Anda tamat dari Darussunnah selama empat tahun. Mahasantri yang lama pun dulunya sama seperti Anda, mengeluarkan uang yang yang tidak sedikit untuk membeli kitab-kitab tersebut. Bahkan, ketika Anda tamat dari Darussunnah, lalu pulang ke rumah dan menikah, kitab-kitab itu masih tetap dapat Anda kaji dan pelajari. Artinya Anda membeli ilmu dengan harga yang mahal, maka Anda patut dibayar mahal.

Sobat, kali ini kita bicara person to person saja yah. Saya mau sharing buat Anda. Saya yakin, mungkin sebagian dari anda Anda tidak ingin membebani orang tua Anda dengan biaya sebanyak ini. Saya pun merasa demikian. Namun, selama orang tua Anda masih mampu, Anda mempunyai hak untuk mendapatkan biaya pendidikan dari orang tua Anda, salah satunya dengan membeli kitab-kitab yang akan Anda pelajari di Darussunnah. Selagi mereka memang mampu membiayai pendidikan Anda, manfaatkan kesempatan itu sebaik mungkin. Semua orang tua pada dasarnya memiliki naluri yang sama; ingin membahagiakan anak-anaknya, terutama dalam hal ilmu agama. Apapun akan mereka lakukan asal anaknya sungguh-sungguh dalam belajarnya. Abi saya pun demikian. Kalau saya ingin dibelikan beli ini dan beli itu, kadang-kadang ditangguhkan dulu sampai mereka punya uang lebih. Bukan pelit. Saya juga paham sebagai keluarga yang cukup dan pas-pasan (Abi saya PNS biasa). Tapi, kalau urusan beli buku, kitab, atau hal-hal yang menjadi sarana penunjang belajar saya, Abi saya tidak pernah banyak berspekulasi apapun! Utang sana-sini, bahkan dengan berdarah-darah sekalipun akan dibela supaya anak anaknya tercintanya bisa belajar dengan baik. Ya. Demi Anda! Sebelum masuk Darussunnah, saya ingat sekali Abi saya pernah kejar-kejaran waktu dengan waktu jam tutup bank ketika ingin mentransfer uang ke rekening saya yang sudah kehabisan di pesantren. Karena sebentar lagi jam tutup akan tiba, Abi saya ngebut menuju bank sepulang dari kantornya. Singkat cerita, akhirnya uang berhasil ditransfer ke rekening saya. Saya senang dan bahagia bukan main karena sudah tidak lapar lagi. Tapi tahukah Anda? Abi saya masuk ke bank dengan kondisi luka di sana-sini, bahkan ada bagian yang berdarah-darah. Dan yang membuat saya sedih, beliau sama sekali tidak memberikan informasi mengenai kecelakaannya pada saya (jatuh dari motornya). Barulah kabar ini terungkap di kemudian hari. Sobatku yang shalih dan shalihah, kalau bukan karena ingin lebay dengan kisah ini, saya sampai menangis-nangis begitu tahu berita tentang kecelakaan Abi saya. Sampai saat saya menulis tulisan ini pun rasanya ingin keluar air mata kalau diingat-ingat lagi. Ya. Ini kalau bukan saya ingin berlebai-lebai diri, saya mungkin akan jabarkan fakta-fakta pribadi lainnya. Ah. Sudahlah. Ini tidak penting.

Yang penting, Anda jangan takut masalah biaya ini. Insya Allah, Dia akan membantu Anda dengan berbagai macam cara yang tidak Anda duga-duga sebelumnya. Min haytsu laa yahtasib. Kalau Anda masih tetap ragu minta uang sama mereka, silakan print out tulisan yang saya tulis ini, lalu tunjukkan pada mereka. Kalau kebetulan ada kesempatan yang mempertemukan antara Anda, orang tua Anda, dan saya dalam satu waktu dan majlis untuk menjelaskan hal ini, insya Allah saya siap jelaskan dengan senang hati.

Atau tidak mengapa Anda coba temui dan sharing langsung dengan mahasantri-mahasantri selain saya. Saya berasumsi kebanyakan dari mereka mesti merasakan apa yang saya maksud dalam masalah ini. Percayalah kawan! Makanya, kelak Anda harus memperjuangkan pendidikan anak-anak Anda, sebagaimana Anda dididik oleh orang tua Anda sekarang.

Terakhir, Pak Kyai sangat tidak suka, bahkan sering menegur apabila kedapatan ada muridnya yang masih belum memiliki kitab. “Haadza yadullu `ala `adamil ihtimaam bid diroosah”. Artinya, ini merupakan tanda ketidakseriusan dalam belajar. Kata-kata beliau inilah yang sering saya dengar apabila ada mahasantri yang melakukan kesalahan seperti ini.

Dan yang paling terakhir, dalam sebuah syairnya Imam Syafii pernah mengungkapkan bahwa salah satu syarat menuntut ilmu adalah biaya. Kenapa? Ilmu itu mahal. Kitab itu murah. Isi kitab adalah ilmu. Ilmu itu mahal. Orang yang berilmu pun harganya mahal.

Cukup yah? Oke. Terkait janji saya sebelumnya untuk menjabarkan kisi-kisi materi yang paling sering keluar dalam ujian, saya akan penuhi sekarang di sub judul berikutnya.

Kisi-Kisi Peluru Tempur Yang Harus Anda Siapkan Dalam Ujian Tulisan dan Lisan

Saya pastikan Anda akan lulus test tulisan dan lisan untuk menjadi mahasantri Darussunnah, apabila Anda :
1.      Bisa membaca Al-Quran dengan baik dan benar (menguasai tajwid).
2.      Lancar imla.
3.      Bisa berbahasa Arab fusha yang sesuai dengan gramatikal Arab sebenarnya.
4.      Familiar dengan ilmu Nahwu.
5.      Menguasai ilmu shorof
6.      Menguasai dasar-dasar ilmu hadis.
7.      Pernah belajar bahasa Inggris dan masih ingat grammar dasar-dasarnya.
8.      Familiar dalam membaca kitab kuning.
9.      Piawai dalam ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih.
10. Pernah belajar seluk beluk ilmu tauhid, kira-kira Anda paham bagaimana tauhid Ahlus Sunnah wal Jama`ah.

Kalau ada orang yang bilang mahasantri Darussunnah itu hebat-hebat, ya saya rasa wajar-wajar saja. Mereka yang pengetahuan agamanya belum mapan, saya rasa harus dipersiapkan dari sekarang. Kalau Anda pernah tinggal minimal empat tahun di pesantren dan pernah menguasai point-point tersebut, jangan sombong dulu. Mari kita persiapkan dari sekarang :

1.   Bisa Membaca al-Quran dengan baik dan benar.


Kenapa saya letakkan ini di nomor satu? Karena Al-Quran adalah biangnya segala kitab-kitab yang dipelajari di Darussunnah. Apalagi nantinya Anda harus menghafal Al-Quran minimal delapan juz sebagai syarat kelulusan. Kalau bacaan Al-Quran Anda macet, tajwid masih kacau, ya apalagi menghafalnya? Semoga saja Allah mengilhamkan kita ilmu laduni. J J

2.   Lancar Imla

Imla yang saya maksud di sini adalah imla bahasa Arab. Artinya Anda menguasai bagaimana menulis bahasa Arab yang baik dan benar, sesuai dengan undang-undang yang berlaku dalam bahasa Arab. Hal ini sangat penting untuk ujian tulis. Jawaban yang benar tapi imlanya berantakan akan mempengaruhi nilai Anda. Misalnya ada soal

Salah satu hal penting yang harus diperhatikan oleh setiap pemeluk agama Islam dalam melaksanakan amal-amal ibadahnya adalah niat. Siapapun yang mendirikan shalat tanpa niat, maka shalatnya tidak akan sah. Hal ini pernah Rasulullah utarakan dalam sebuah riwayatnya yang masyhur. Tuliskan hadis tersebut.

Nah, apa hayo kira-kira? Anda harus bersaing dengan ratusan calon mahasantri lainnya.


Haflah At-Takharruj (Wisuda Pelepasan) Mahasantri Darussunnah ke-9 di gedung Wisma Syahida Inn UIN 

3.   Bisa Berbahasa Arab Fusha Dengan Baik dan Benar


Dalam dunia Bahasa Arab, secara umum Bahasa Arab dibagi menjadi dua bagian. Pertama bahasa Arab Fusha dan kedua bahasa Arab Amiah. Bahasa Arab Fusha adalah bahasa Arab yang benar sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada dalam ilmu Nahwu, Sharaf, Dll (ada 12 ilmu Bahasa Arab). Sedang bahasa Amiah adalah bahasa Arab pasaran yang tidak sesuai dengan peraturan bahasa Arab.


Apa Kabar, dalam bahasa Arab fusha dikatakan kaifa haaluk? Sedang dalam Bahasa Amiah, dalam konteks ini bahasa pasaran Mesir akan dikatakan Izayyak? Beda jauh, kan? Ya jauh sekali. Anda yang memahami Bahasa Arab fusha belum tentu menguasai bahasa Arab amiah. Anda yang menguasai bahasa Arab amiah pun belum tentu menguasai bahasa Arab fusha. Turis Indonesia yang berada di Arab Saudi (Baca : TKW) yang belum pernah belajar Bahasa Arab sebelumnya, mereka tetap akan bisa berbahasa Arab. Tapi bahasa Arab amiah. Mereka belum tentu bisa menerjemahkan Al-Quran dengan baik dan benar, kecuali kalau mereka pernah mempelajari Bahasa Arab Fusha, baik speaking, reading, maupun writing. Anda juga begitu. Nah…

Dalam halaqoh fajriah (pengajian subuh), setiap guru yang akan mengajar harus berbahasa Arab. Tidak pernah ada satu pun dewan guru di Darussunnah yang mengajar dengan bahasa Indonesia, kecuali hanya selipan beberapa kata yang kira-kira maknanya tidak banyak diketahui oleh para mahasantri. Karena saya dari pesantren Salafi yang tidak mengajarkan speaking, awal-awal menjadi mahasantri saya sempat beradaptasi berbahasa Arab selama satu minggu. Alhamdulillah, hari ke hari selanjutnya otak saya – minimal – mampu mencerna apa yang dikatakan oleh Ustadz yang mengajar. Dan sampai saat ini saya menulis, walau masih jauh dari sempurna, minimal saya tidak takut berbicara Fusha dengan orang Arab asli.


Tidak hanya dalam halaqoh fajriah lho, dalam keseharian pun dan dimana pun, Anda diharuskan berbicara dengan berbahasa Arab, terutama dengan dewan guru lain, wabil khusus Pak Kyai. Pak Kyai akan sangat marah kalau tahu mahasantrinya berbicara dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah. Misalnya, Anda dapat undangan ke Malaysia sebagai pembicara. Kebetulan Anda satu pesawat dan satu seat duduk dengan Pak Kyai, maka di dalam pesawat itu pun Anda harus berbicara bahasa Arab dengan beliau. Tidak pernah ada dispensasi untuk berbicara dengan bahasa Indonesia dengan Pak Kyai, kecuali ada orang ketiga yang tidak mengerti Bahasa Arab.


Ketika Anda sowan ke rumah beliau untuk keperluan apapun, Anda tetap wajib berbahasa Arab dengan beliau, sekali pun sedang libur. Apalagi belajar!


Kalau Anda pernah belajar Bahasa Arab di pesantren modern, saatnya Anda memperbaiki Bahasa Arab Anda. Jangan pernah katakan, ana urid amsyi-amsyi (saya ingin jalan-jalan..!!) Bahasa Arab seperti ini tidak dibenarkan di Darussunnah.
 Ingat baik-baik, BAHASA ARAB ADALAH SENJATA UTAMA UNTUK UJIAN LISAN.

4.   Familiar Dengan Ilmu Nahwu
Pelajari dari sekarang hal-hal berikut ini sebagai modal dasar Anda (catat yah) :
a.      Kalam, apa itu kalam, bagian-bagian kalam, hubungannya dengan jumlah mufidah, susunan kalam yang sempurna, dan seterusnya.
b.  Isim. Apa itu isim, definisi isim, tanda-tanda isim, pembagian isim, asmaa-ul khomsah, isim nakiroh, isim ma`rifah, isim mawshul, isim isyaroh, dan seterusnya.
c.       Fi`il. Apa itu fi`il, definisi fi`il, pembagian fi`il, definisi fi`il madhi, zaman fi`il madhi, tanda-tanda fi`il madhi, definisi fi`il mudhore`, zaman fi`il mudhore`, tanda-tanda fi`il mudhore`,  definisi fi`il amr, zaman fi`il amr, tanda-tanda fi`il amr, isim fi`il amr, dan seterusnya.
d.      Huruf, apa itu huruf, apakah huruf mempunyai waktu seperti fi`il, huruf seperti apa yang dimaksud dalam Nahwu, sebutkan huruf-huruf yang tugasnya menashabkan, memajrurkan, dan menjazamkan dan seterusnya.
e.       Tanda-Tanda I`rob Rofa`, Nashab, Khafadh, dan Jazam
f.       Marfu`at
g.      Mubtada Khobar dan Amil-Amil Yang Masuk ke Dalamnya
h.   Mansubhat, apa itu munada, maf`ul min ajlih, maf`ul ma`ah, maf`ul muthlaq, haal, tamyiiz, istitsna, dll.
i.        Makhfuudhoot, idhafah, dll.
j.        I`rob Fi`il dan Isim
k.      Na`at
l.        Athof
m.    Isim Isyaroh
n.      Isim Mawshul
o.      Mudhmar (Dhomir) dhomir muttashil, dhomir munfashil.
p.      Dan lain-lain

Yah, kurang lebih Anda pernah mempelajari hal-hal yang saya tulis di atas. Kalau masih lupa sedikit-sedikit, silakan Anda ingat-ingat lagi dari sekarang. Saya hanya menulis bayangan-bayangannya saja. Pastikan Anda menguasai semua, BESERTA CONTOH-CONTOHNYA…!!!
5. Shorof, pelajari bab-bab tashrif yang jumlahnya tiga puluh enam berserta wazan dan mauzunnya, lebih-lebih illatnya. Rujuk MATAN BINA WAL ASAS.
6.   Menguasai Dasar-Dasar Ilmu Hadis
Penting untuk Anda pelajari
a.       Apa itu ilmu hadis riwayah?
b.      Apa itu ilmu hadis diroyah?
c.     Apa itu hadis dan apa definisi hadis menurut ulama fiqih, ulama ushuf fiqih, ulama hadis?
d.   Apa itu hadis shohih? Apa syarat-syarat hadis shohih? Berikan sepuluh contoh hadis shohih?
e.    Apa itu hadis hasan? Apa syarat-syarat hadis hasan?  Berikan sepuluh contoh hadis hasan
f.       Apa itu hadis dho`if? Apa syarat-syarat hadis dho`if?
g.      Apa itu sanad?
h.      Apa itu matan?
i.        Apa itu rowi? Bagaimana kriteria-kriteria perawi yang diterima hadisnya?
j.   Apakah nama enam kitab hadis yang utama? Dan kitab hadis apa yang derajat keshahihannya paling tinggi?
k.      Sebutkan macam-macam hadis dho`if?
l.        Fungsi hadis terhadap Al-Quran?
m.    Hadis mutawatir?
n.      Hadis ahad?
o.      Hadis maqbul?
p.      Hadis mardud?
q.      Hadis marfu`?
r.       Hadis mawquf?
s.       Hadis maqthu`?
t.       Tahammul hadis wal adaa?
u.      Riwayat bil ma`na?
v.      Hadis Ham?
w.    Pengertian jarah wat ta`dil?
x.      Syarat-syarat penta`dil dan pentarjih?
y.      Pengertian hadis mawdhu`?
z.      Hadis maqlub?

Sekedar saran untuk Anda terkait materi ini, cari dan pelajarilah kitab Taisir Musthalhil Hadiis karangan Dr. Mahmud Thohan. Kitab ini cukup untuk membantu Anda, insya Allah. Mintalah pada seorang mahasantri lama yang Anda kenal untuk membimbing Anda.

Aduh, saya capek nulisnya. Ya intinya minimal 80 persen Anda menguasai point-point di atas, Anda pasti lulus. Ini yang paling penting.

7.   Bahasa Inggris. Yah ingat-ingat saja yah. Masalahnya saya cukup lemah dalam hal ini. saya akui nilai Bahasa Inggris saya di bawah 80. Dan saya harap Anda tidak bernasib seperti saya.
8.  
      Familiar Membaca Kitab Kuning, Anda yang lulusan STM tentu tidak mungkin ingin mendalami ilmu hadis bukan? Dan Anda yang sudah pernah tinggal lama di pesantren pun jangan berbangga diri. Ayo, pelajari lagi dari sekarang. Baca-baca…!!
9.   
   Piawai Dalam Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih. Saya tidak bisa mengajak Anda ta`ammuq lebih dalam tentang fiqih dan ushul fiqih. Minimal ketika Anda membuka kitab Fathul Qoriib, Kifaayatul Akhyaar, I`anatut Tholibin, Anda pernah mengkaji bab per bab yang ditulis oleh ulama-ulama fiqih. Terkait ushul fiqih, cobalah Anda pelajari kitab Mabadi Al-Awwaliah. Ini tidak terlalu berpengaruh. Karena tidak semua mahasantri ditanyakan tentang ilmu fiqih dan ushul fiqihnya. Cobalah kaji lagi dari sekarang,
10Tauhid, saya sengaja cantumkan tauhid di sini, karena kemarin pas fahmul maqru`, saya kebetulan disuruh membaca kitab Aqidah At-Thohawiyyah. Kitab tersebut berbicara tentang tauhid Ahlus Sunnah wal Jama`ah. Setidaknya, walau pun masalah ini tidak terlalu ditekan dalam ujian, Anda sudah mempunyai bayangan kalau sekiranya ditanya, man waadhi` ahlus sunnah wal jama`ah?

Insya Allah, saya yakin sekali kalau Anda mampu menguasai kisi-kisi ini, Anda akan lulus baik ujian lisan maupun ujian tulisan. Kalau perlu nama Anda masuk ke dalam jajaran 10 besar dari sekian banyak peserta yang mengikuti ujian masuk di Darussunnah.

Ujian Lisan

Khusus untuk ujian lisan, Anda akan dihadapkan pada enam orang penguji yang berbeada. Mereka akan menguji kemampuan Anda satu persatu. Enam penguji tersebut sangat kompeten dalam bidangnya. Mereka akan menguji Anda terkait
a.       Psikotes
b.      Nahwu Shorof
c.       Bahasa Arab
d.      Bahasa Inggris
e.       Dasar-Dasar Ilmu Hadis
f.       Fahmul Maqru


Gambaran kegiatan muzakaroh wajib di Darussunnah, setiap ba`da Isya

Terakhir, saya tidak ingin banyak memuji tentang Darus-Sunnah, termasuk membeberkan prestasinya kalau Anda sendiri belum membuktikannya menjadi mahasantri Darus-Sunnah. Hanya satu hal yang harus Anda tahu bahwa mahasantri Darus-Sunnah selalu memiliki nilai plus di kampus mereka, bahkan di lingkup masyarakat. 

Kami mahasantri Darus-Sunnah, menantimu . . . . . kawan.