Selasa, 18 Agustus 2009

ikhlas bahan bakar mukmin sejati

Jika ada dua orang yang selalu sukses dalam kehidupannya ia diberikan anugrah dan kesempatan yang cukup oleh Allah hidup di dunia ini. Sukses pekerjaannya, ibadahnya, menjadi orang yang terhormat dikalangan masyarakat, harmonis dalam berkeluarga, dan mereka memenuhi seluruh amanah dan tanggung jawabnya di hadapan Allah dan manusia. Kemudian apabila ditanya, manakah diantara keduanya yang paling sukses, mungkin mereka akan menjawab “orang yang bekerja lebih keras”. Akan tetapi, kalau ditinjau dari jawaban tadi lebih seksama lagi, kita akan menyadari bahwa definisi sukses tersebut adalah bedasarkan kriteria duniawi dan tidak berdasarkan Al-Qur`an. Menurut Al-Qur`an suksesnya seseorang dalam beramal adalah bukan dari kerasnya dalam bekerja, bukan pula mencapai penghormatan atau cinta dari orang lain, terlebih mengharapkan imbalan atas kerjanya selama ini. Melainkan keyakinan dari dalam hati mereka akan Islam. Amal baik yang mereka kerjakan adalah semata untuk mengharapkan keridhaan dari Allah, dan niat baik mereka terpelihara dalam hati. Itulah yang disebut dengan kriteria unggul dalam penilaian ikhlasnya seseorang dalam beramal dihadapan Allah. Sebagaimana termaktub dalam Al-Qur`an “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (al-Hajj [22]: 37) Sebagaimana disebutkan diatas, amalan yang dilakukan seseorang dengan menyembelih seekor binatang karena Allah. Akan dinilai-Nya bergantung pada ketaatan atau rasa takutnya kepada Allah. Daging atau darah apapun yang disembelih dengan menyebut nama Allah itu tidak ada nilainya apapun sama sekali jika tidak dilakukan karena Allah. Dalam agama, ikhlas kepada Allah berarti berusaha mendapatkan keridhaan Allah dan kepuasan-Nya tanpa mengharapkan keuntungan pribadi lainnya. Allah juga telah menekankan pentingnya hal ini di dalam ayat lainnya. Ia telah menunjukkan bahwa agama hanya dapat dijalankan dalam sikap berikut. “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (al-Bayyinah [98]: 5) Dalam perbuatan dan ibadahnya, seorang mukmin sejati tidak pernah berusaha untuk mendapatkan cinta, kepuasan, penghargaan, perhatian, dan pujian dari siapa pun kecuali Allah. Adanya keinginan untuk mendapatkan semua itu dari manusia adalah tanda bahwa ia gagal menghadapkan wajahnya kepada Allah dengan keikhlasan dan kesucian. lain, bukan Allah. Seorang mukmin sejati harus benar-benar cermat menghindarkan dirinya untuk pamer saat menolong orang lain, bertingkah laku baik, beribadah, ataupun berkorban. Satu-satunya tujuan orang yang ikhlas beriman kepada Allah hanyalah mendapatkan keridhaan Allah. Al-Qur`an juga menekankan bagaimana para nabi menjalankan ritual-ritual keagamaan demi keridhaan Allah dan tidak pernah mengharapkan balasan ataupun keuntungan pribadi.

1 komentar:

Fikri Habibullah Muharram mengatakan...

Seutas tali ku rambah dalam hati. Semoga ia akan menjadi awal peresmian dibukanya pintu surga untuk kita masuki